Tips

Cara Hemat Uang: Melihat Uang dari Sudut Pandang Berbeda

6 Januari 2017
linkdin iconsfacebook iconstwitter iconswhatsapp iconsline iconscopy icons
Link copied to clipboard

Pernahkah Anda berdiri di depan suatu toko dan berpikir, apakah barang tersebut layak dibeli? Entah sebuah pengocok telur elektrik, kemeja model baru, atau kredit elektronik. Terkadang, perlu waktu lama bagi kita sebelum membuat keputusan untuk membeli barang tersebut atau tidak.

Seberapa pun mahalnya kebutuhan, kita pasti akan selalu berusaha memenuhinya. Berbeda dengan keinginan semata. Misalnya, celana jeansmodel baru tentu berbeda level prioritasnya dengan uang kuliah anak.

Bagaimana cara menentukan apakah suatu barang layak ditukar dengan sejumlah uang yang kita miliki? Di sini, Home Credit akan berbagi cara berhemat dengan melihat uang dari sudut pandang yang berbeda.


1. Apakah barang tersebut diperlukan sehari-hari?

Barang yang diperlukan sehari-hari jelas penting dimiliki. Namun, jangan lupakan skala prioritas kebutuhan dan keinginan Anda. Misalnya, sepatu diskon. Sepatu memang penting dikenakan sehari-hari. Tetapi, ingat-ingat dulu, sudah berapa pasang sepatu yang Anda miliki saat ini? Jika sepatu yang lama masih bisa digunakan, tahan dulu keinginan untuk membeli sepatu baru.

Lain halnya bila handphone Anda hilang atau rusak total. Dalam kasus ini, Anda memerlukan handphone baru untuk menunjang komunikasi sehari-hari. Apalagi bila Anda menjalin komunikasi aktif dengan relasi bisnis lewat handphone. Hal ini menjadikan handphone sebagai kebutuhan Anda, bukan keinginan semata.

Bagaimana jika Anda tidak punya dana tunai untuk membeli HP? Anda bisa menikmati layanan yang disediakan perusahaan pembiayaan seperti Home Credit. Rata-rata prosesnya sekitar 30 menit saja. Setelah itu, handphoneyang Anda inginkan bisa langsung dibawa pulang. Gambaran simulasi kreditbisa Anda coba langsung di halaman simulasi kredit.

Yang harus dilakukan: Cek dan ricek prioritas kebutuhan dan keinginan sebelum Anda membuat keputusan untuk membeli suatu barang atau produk.

2. Bandingkan dengan jam kerja

Tas seharga Rp200.000 mungkin rasanya tidak terlalu mahal. Namun, cobalah bandingkan harga tersebut sesuai dengan upah per jam kerja Anda. Misalnya, gaji Anda Rp3.000.000 dengan 24 hari kerja selama sebulan dan bekerja selama 9 jam per harinya.

Berarti, selama satu jam kerja Anda digaji sebesar sekitar Rp14.000. Dengan demikian, Anda harus bekerja selama setidaknya 15 jam (atau hampir selama 2 hari kerja) untuk membeli tas seharga Rp200.000 tersebut. Apakah waktu selama hampir 2 hari kerja layak ditukar dengan tas Rp200.000? Tentu bukan waktu yang sebentar, bukan?

Bagaimana dengan barang-barang lainnya? Kini Anda bisa membandingkannya dengan upah per jam kerja Anda. Ketimbang melihat harga sebagai uang saja, kini lihatlah harga sebagai waktu bekerja Anda.

Yang harus dilakukan: Hitung perbandingan antara lamanya waktu Anda bekerja dan upah yang didapat dengan harga barang.

3. Waktu adalah uang

Dengan membandingkan kebutuhan dan keinginan serta lamanya jam kerja dengan hasil yang didapat, kita pun dapat menarik kesimpulan bahwa sebenarnya waktu adalah uang. Kita membeli barang dengan waktu yang kita habiskan untuk memperoleh uang. Uang tersebut sebaiknya digunakan dengan sebaik-baiknya supaya kebutuhan Anda terpenuhi.

Jika tidak memandang uang dari perspektif ini, pikirkan banyaknya uang yang habis di luar anggaran. Pikirkan rasa sesal yang muncul setelah Anda membeli suatu barang yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan. Waktu adalah uang yang sesungguhnya.

Bagaimana pengalaman Anda dalam mengelola keuangan? Silakan berbagi di kolom komentar.